Sawahlunto punya “Skylift”


Kompas, Ni Luh Made Pertiwi F | I Made Asdhiana | Sabtu, 11 Juni 2011 |
17:08 WIB

SAWAHLUNTO, KOMPAS.com – Siapa sangka kota kecil Sawahlunto adalah kota pertama yang memiliki waterpark di Sumatera Barat (Sumbar). Sawahlunto yang merupakan kota tambang batu bara sejak 120 tahun yang lalu pelan-pelan berubah menjadi kota wisata. Pemerintah daerah sejak 2003 ingin mengubah citra Sawahlunto yang dikenal sebagai kota arang menjadi kota turis.

“Di dunia ada tren orang suka lihat bangunan tua. Sumbar juga jarang ada tempat wisata yang aman untuk anak-anak. Makanya kita buat waterpark di Sawahlunto,” kata Walikota Sawahlunto, Amran Nur kepada Kompas.com, di Taman Segitiga, Sawahlunto, Jumat (10/6/2011).

Pada tahun 2005 atau dua tahun sejak Sawahlunto dikembangkan sebagai kota wisata, jumlah wisatawan 15 ribu orang. Sedangkan pada tahun 2010, kata Amran, jumlah wisatawan lebih dari 600 ribu orang.

Apa yang bisa membuat kunjungan wisatawan ke Sawahlunto meningkat pesat?
“Kita terus membuat obyek-obyek wisata baru. Ada waterpark yang pertama di Sumbar, kita akui banyak yang berkunjung karena ada waterpark itu. Anak-anak muda suka main di waterpark. Juga ada kebun binatang dan Iptek Center. Iptek Center ini adalah yang keempat di Indonesia,” katanya.

Rencana Amran, beberapa obyek wisata baru akan dibangun di Sawahlunto. Obyek wisata tersebut antara lain penangkaran buaya, kupu-kupu, dan rusa.
Sementara itu rumah gadang yang terdapat di puncak bukit akan dimanfaatkan sebagai menara padang agar wisatawan bisa melihat Kota Sawahlunto dari ketinggian.

Saat ini, akses jalan menuju rumah gadang tersebut susah dilalui oleh mobil.
Menurut beberapa penduduk Sawahlunto, hanya motor yang bisa lewat. Lokasi untuk melihat Sawahlunto dari ketinggian lainnya adalah Bukit Cemara.

“Kami akan bangun skylift dari stasiun kereta api ke Bukit Cemara. Tahun
2012 akan mulai dibangun,” katanya.

Jika rencana tersebut menjadi nyata, maka Sawahlunto memiliki kereta gantung melintasi kota sepanjang kira-kira 3 kilometer.

Beberapa penduduk di Sawahlunto menyebutkan saat pembangunan waterpark, beberapa pihak tidak setuju dengan pembangunan tersebut dengan alasan biaya mahal yang harus dikeluarkan pemerintah daerah. Namun ternyata sejak pertama dibukanya waterpark di tahun 2006 hingga kini, waterpark tersebut tak pernah sepi pengunjung.

Obyek-obyek wisata yang khas Sawahlunto adalah wisata sejarah berupa peninggalan kolonial Belanda. “Peninggalan Belanda seperti kereta api Mak Item untuk angkut batu bara jadi kereta api wisata, lalu ada museum kereta api, dan sebagainya. Peninggalan Belanda kita jadikan wisata sejarah,” kata Amran.

Menurut Amran, kekuatan wisata Sawahlunto lainnya adalah seni dan budaya.
“Sawahlunto ini multietnis. Kami punya kesenian kuda kepang dan tarian jawa.
Ada banyak etnis yang tinggal di Indonesia. Bisa dibilang Sawahlunto Indonesia kecil. Ada suku Jawa, Sunda, China, Bugis, Irian, dan Maluku. Ini jadi modal kami dalam mengembangkan pariwisata di Sawahlunto,” kata Amran.

Amran melanjutkan walaupun beranekaragam, namun masyarakat hidup rukun dan damai. “Tari Kepang itu tidak semua yang tarikan adalah orang Jawa. Tapi juga dari orang Minang,” ungkapnya.

Walikota Sawahlunto menambahkan, multietnis yang ada di Sawahlunto sudah ada sejak masa kolonial. Saat itu, pribumi dari Sumatera dan Jawa melakukan kerja paksa di pertambangan milik Belanda.

http://travel.kompas.com/read/2011/06/11/17084247/Sawahlunto.Akan.Bangun.Skylift

MAKNA NAMA DIRI PADA MASYARAKAT MINANGKABAU [1]


MAKNA NAMA DIRI
PADA MASYARAKAT MINANGKABAU [1]

Oleh:
Oleh: Rona Almos, Bahren, Zilda Alamanda dan Reniwati
dosen Jurusan Sastra Daerah Program Studi Bahasa dan Sastra Minangkabau Fakultas Sastra Universitas Andalas, Padang

________________________________________
COPASTE lansuang ka pembahasan, isi lengkap dapek di download dari link website Unand di ateh.
5. Pembahasan
Masyarakat Minangkabau merupakan masyarakat yang sangat terbuka terhadap pengaruh luar. Karena sifat yang terbuka itu maka dapat diasumsikan bahwa masyarakatnya mendapat pengaruh luar dalam berbagai aspek kehidupan, tidak terkecuali aspek penamaan. Sebagaimana penamaan pada masyarakat lain (misalnya masyarakat Jawa, Batak, dan Bali), penamaan pada masyarakat Minangkabau ada yang dikaitkan dengan hal-hal tertentu (bermotivasi) dan ada yang tidak (tidak bermotivasi). Berikut ini disajikan nama-nama yang bermotivasi dan tidak bermotivasi.

1. Nama yang Bermotivasi
Nama yang bermotivasi ini dikaitkan dengan aspek tertentu, misalnya harapan, kesembuhan, kejayaan, dan ketakwaan. Nama yang bermotivasi meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Penamaan yang Dikaitkan dengan Nama Bulan
Nama bulan, baik yang berasal dari nama bulan tahun Masehi maupun nama bulan yang berasal dari tahun Hijriah banyak dipakai oleh masyarakat Minangkabau. Nama-nama itu di antaranya adalah (1) Januardi, (2) Febrian, (3) (4) Apriandi Gunaidi, (5) Mei Ratna Sari, (6) Julian Jasdin, dan (8) Desti Purnamasari.
Januardi merupakan nama yang diberikan kepada anak karena ia dilahirkan pada bulan Januari. Febrian merupakan anak laki-laki yang lahir pada bulan Februari. Apriandi Gunaidi berarti anak yang lahir pada bulan April. Mei Ratna Sari bermakna anak yang lahir pada bulan Mei sebagai permata hati bagi orang tuanya. Julian Jasdin adalah anak laki-laki pasangan Jasman dan Diniati yang lahir pada bulan Juli. Sedangkan Desti Purnamasari adalah anak yang dilahirkan pada bulan Desember, Purnamasari adalah melambangkan kecantikan (informasi dari oranng tuanya).
Nama Muhammad Ramadhan dan Jumadil Yusuf adalah contoh nama-nama yang dikaitkan dengan nama bulan-bulan dalam tahun Hijriah. Muhammad Ramadhan berarti anak yang lahir pada bulan Ramadhan dan diharapkan dapat berprilaku seperti Nabi Muhammad s.a.w. Jumadil Yusuf adalah nama yang dipadukan antara nama bulan (Jumadil) dan nama nabi (Yusuf). Motivasi nama ini adalah agar anaknya seperti Nabi Yusuf a.s.
b. Penamaan yang Dikaitkan dengan Urutan Kelahiran
Urutan kelahiran kadang kala dijadikan juga sebagai dasar dalam penamaan. Penamaan dengan cara ini tidaklah banyak (berbeda dengan masyarakat Bali). Nama-nama itu diantaranya adalah (1) Eka Hadiwijaya, (2) Dwi Agustina, dan (3) Tri Anugrah.
Nama Eka Hadiwijaya diberikan kepada anak laki-laki. Eka artinya satu (anak pertama), Hadi berarti pemberi dan Jaya memilik arti pemimpin. Jadi, Eka Hadijaya memiliki arti anak pertama yang di berikan Tuhan dan diharapkan akan menjadi pemimpin. Dwi Agustina adalah anak perempuan kedua yang dilahirkan bulan Agustus. Tri Anugrah adalah nama anak perempuan yang memilik makna pemberian yang ketiga.
Selain menggunakan bilangan sanskerta ada beberapa nama yang menggunakan bilangan arab dan urutan huruf hijaiyah. Nama-nama tersebut adalah (1) Salsabila Alifia, (2) Zulhanief Matsani, (3) Isni Suryani, dan (4) Robi’ah Rofifah.
Salsabila Alifia merupakan nama anak perempuan yang berarti mata air dari surga yang pertama. Zulhanief Matsani (Zul berarti Zulhijjah, Hanief berarti orang yang lurus, Matsani berarti kedus) artinya semoga anak kedua yang lahirnya bulan Zulhijjah ini menjadi orang yang lurus. Isni Suryani bermakna surya yang kedua. Sedangkan, Robi’ah Rofifah berarti anak perempuan keempat yang diharapkan memiliki akhlak baik.
c. Penamaan yang Dikombinasikan antara Bulan Kelahiran dan Urutan Kelahiran
Ada sebagian penamaan yang mengaitkan antara nama bulan dan urutan kelahiran. Nama bulan yang dipakai adalah bulan Masehi dan urutan kelahiran yang dipakai menggunakan bilangan Sanskerta dan urutan huruf hijaiyah. Contoh penamaan itu adalah (1) Nopianti Eka Sari, (2)Dwi Jilianti, (3) Tri Aprilia .
Nopianti Eka Sari berarti inti anak perempuan pertama yang dilahirkan bulan November. Dwi Julianti merupakan anak kedua yang dilahirkan pada bulan Juli. Tri Aprilia berarti anak perempuan ketiga yang dilahirka pada bulan April.
d. Penamaan yang Dikaitkan dengan Peristiwa Tertentu
Penamaan yang didasari atas kejadian tertentu, misalnya pada saat melahirkan anak itu terjadi gempa, sehingga anak itu diberi nama Gampo. Sebagai contoh (1) Annisa Gampo, (2) Alwi Krismon, dan (3) Ida Prihatin.
Annisa artinya perempuan jadi Annisa Gampo berarti anak perempuan yang dilahirkan pada waktu gempa bumi. Alwi Krismon merupakan anak laki-laki yang dilahirkan pada waktu Indonesia sedang menghadapi krisis, jadi nama Awi Krismon adalah akronim dari aku lahir waktu Indonesia krisis moneter. Nama Ida Prihatin diberikan kepada anak perempuan karena waktu anak tersebut lahir kedua orang tuanya mengalami masa-masa ekonomi yang susah
e. Penamaan dengan Meniru Nama Orang-orang Terkenal
Nama orang-orang terkenal biasa dipakai oleh masyarakat Minangkabau untuk memberi anaknya nama. Hal ini didasari oleh motivasi tertentu. Pemberian nama yang didasarkan pada nama orang-orang terkenal dapat dikelompokkan menjadi (1) nama para rasul dan sahabat-sahabatnya, (2) nama para tokoh atau politisi, dan (3) nama artis.
1) Nama Para Rasul dan Sahabat-sahabatnya
Nama nabi yang biasa dipakai oleh masyarakat Minangkabau adalah (1) Muhammad, (2) Yusuf, (3) Ibrahim dan lain-lain. Sedangkan nama sahabat nabi yang biasa dipakai adalah Usman (Usman bin Afan). Melalui nama-nama ini orang tua berharap agar anaknya menjadi hamba Allah yang bertakwa; anak yang berbakti pada agama, bangsa, dan orang tua; anak yang berakhlak mulia dan terpuji; dapat menjadi pemimpin yang terpimpin; dapat menjadi anak yang jujur; anak yang cerdas spiritualnya, cerdas intelektualnya, dan cerdas emosionalnya.
2) Nama Para Tokoh atau Politikus
Pemberian nama ada pula yang didasarkan pada nama tokoh atau politikus. Nama-nama itu antara lain adalah sebagai berikut. (1) Buyung Sukarno (nama Presiden RI yang pertama), (2) Sudirman (nama pahlawan nasional), dan (3)Ahmad Yani (nama Pahlawan Revolusi).
3) Nama Artis
Salah satu dampak kemajuan teknologi dan informasi adalah beraneka ragamnya pemberian nama. Dalam masyarakat Minangkabau dijumpai nama-nama, misalnya (1) Diana Puspita Sari (2) Nike Hapsari, dan (3) Gita Kanya Safitri.
Nama Diana Puspita diambil dari nama Lady Diana dari Inggris. Nike Hapsari diambil dari nama penyanyi pop Indonesia Nike Ardila yang sekarang sudah almahum. Gita Kanya Safitri diambil dari nama penyanyi remaja Gita Gutawa. Gita Kanya Safitri (Gita/penyanyi, Kanya/perawan, Safitri/Idul Fitri) adalah anak perempuan yang dilahirkan pada hari Raya Idul Fitri dan semoga perkataanya lebut seperti penyanyi dan suci seperti perawan.
f. Penamaan dari Bahasa (Bahasa) Tertentu dan Motivasinya Tertentu Pula
Ada sebagian nama yang diambil dari bahasa tertentu (satu atau lebih) dengan motivasi tertentu pula. Contoh nama-nama itu adalah sebagai berikut. (1) Mukhtar Firdaus (Mukhtar/terpilih dan Firdaus/surga); nama ini diberikan kepada anak dengan motivasi anak ini dapat memberikan kedamaian di dunia maupun di akhirat. (2) Rafif Wira Ahmadi (semula anak ini diberi nama Rafif Ahmadi Wira Zakhary), secara harfiah nama ini bermakna (Rafif/berakhlak baik, Wira/pemberani, Ahmadi/yang terpuji, Zakhary/yang benar). Secara etimologi, Rafif berasal dari bahasa Arab, Wira berasal dari bahasa Sanskerta, Ahmadi berasal dari bahasa Arab, dan Zakhari berasal dari bahasa Ibrani. Nama ini adalah nama yang bermotivasi, yakni mengandung harapan-harapan. (3) Resti Haryani (Resti/bergairah dan Haryani/berhati mulia) adalah anak seorang guru SMP. Orang tua anak ini berharap anaknya dapat menjadi seorang perempuan yang memiliki kecerdasan dan keceriaan dalam hidup ini serta menjadi anak yang berwatak mulia.
g. Penamaan yang Dikaitkan dengan Nama Hari-Hari Besar Keagamaan
Nama yang dikaitkan dengan hari-hari besar keagamaan sangat sedikit digunakan. Nama-nama itu adalah (1) Fitri Handayani dan (2) Deviza Natalia. Nama-nama itu dipakai ada yang berhubungan dengan waktu kelahiran, misalnya nama Fitri Handayani yang dilahirkan pada Hari Raya Idul Fitri. Sedangkan, Deviza Natalina lahir pada Hari Raya Natal. Motivasi pemberian nama ini agar anak-anak tersebut menjadi anak yang baik atau saleh.
h. Nama Suku sebagai Nama Belakang
Seperti halnya nama-nama orang Batak dan Manado yang selalu menempelkan nama suku dan marga di belakang namanya. Ada juga sebagian orang Minangkabau mengangkat nama suku sebagai nama belakangnya. Misalnya, (1) Zul Koto (karena beasal dari suku Kota), (2) Indra Piliang (yang berasal dari suku Piliang)
2. Nama yang Tidak Bermotivasi
Selain nama-nama yang bermotivasi, ada juga nama yang tidak bermotivasi. Yang dimaksud dengan nama yang tidak bermotivasi adalah nama yang tidak bermakna tertentu (tidak ada sebab dan misi dari nama itu) misalnya Malus, Ciuk, Sirun, Isrun, Badil, Barun, Kinuk, Lemi, Nawas, Yalma, Kirai, dan Budin.
3. Perubahan Nama Orang pada Masyarakat Minangkabau
Pada abad ke-19 (tahun 1900-an) penamaan umumnya menggunakan satu kata. Nama-nama itu, misalnya Talib (lk), Yasip (lk), Sa’an (lk), Setimar (pr), Masamah (pr), dan Raunah (pr). Nama-nama itu membawa ciri tersendiri sebagai nama orang-orang dari Minangkabu. Pada tahun 1940-1960 terjadi perubahan orientasi penamaan. Hal ini disebabkan kontak dengan masyarakat lain terjadi secara lebih luas. Maka tidak aneh apabila nama-nama orang dari Minangkabau banyak yang menggunakan nama-nama Arab, Cina, Jawa, dan lain-lain. Sebagai contoh: Abdul Lase, Tangkisun, dan Hayanto.
Pada dekade 60-an , sangat banyak nama yang menggunakan –man dan -zal untuk laki-laki, misalnya Harman, Nasman, Suparman, Wahasman, Alman, Arfizal, Syafrizal, dan Syamsurizal Sedangkan, untuk nama-nama perempuan banyak dijumpai nama-nama yang menggunakan –wati, -ah, dan –mi, misalnya Masmidawati, Sidariah, dan Silasmi.
Dekade 80-an, banyak anak diberi nama kebarat-baratan dan misalnya Robertus, Jhonson, Alex, Ryan, Yosep, Octavia, Andreas, Jhon, dan Yohanes . Dekade akhir 90-an sampai sekarang, tren nama-nama Islam untuk anak-anak. Misalnya Annisa, Zahra, Najwa, Farhan, Habib, dan Said.
6. Simpulan
Penamaan orang pada masyarakat Minangkabau ada yang bermotivasi dan ada yang tidak bermotivasi. Penamaan yang bermotivasi dapat dikelompokkan menjadi delapan kelompok yakni (1) penamaan yang dikaitkan dengan nama bulan, baik bulan pada tahun Masehi maupun bulan pada tahun Hijriah, (2) penamaan yang dikaitkan dengan urutan kelahiran, (3) penamaan yang dikombinasikan antara bulan kelahiran dan urutan kelahiran, (4) penamaan yang dikaitkan dengan peristiwa tertentu, baik yang berupa peristiwa kelahiran—misalnya berupa fenomena alam, (5) penamaan dengan meniru nama orang-orang terkenal (6) penamaan dari bahasa (bahasa) tertentu dan motivasinya tertentu pula, (7) penamaan yang dikaitkan dengan nama hari-hari besar keagamaan, serta nama suku sebagai nama belakang.
Penamaan yang tidak bermotivasi terdapat pula pada nama-nama orang Minangkabau. Nama-nama itu tidak bermakna (tidak ada sebab dan misi dari nama itu). Akan tetapi, ada aspek lain yang dipentingkan dari nama itu, yakni aspek bunyi, sehingga nama itu enak didengar dan mudah diucapkan.